Jumat, 22 Februari 2013

Standarisasi dan Jenis-jenis Sumur Resapan


Standarisasi Sumur Resapan
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan yaitu melalui pembuatan sumur resapan.
Sumur Resapan - Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan tanah meresapkan air hujan yaitu melalui pembuatan sumur resapan. Sumur resapan air khususnya di kawasan pemukiman baik di perkotaan maupun di pedesaan, selain dapat menekan terjadinya banjir, sumur resapan ini juga dapat berfungsi untuk menyediakan cadangan air tanah pada musim kemarau. Dengan sumur resapan ini, air hujan akan ditampung dan diresapkan ke dalam tanah sehingga dapat memperbaiki permukaan air tanah serta mengurangi aliran permukaan. Sementara itu, dengan pembuatan sumur resapan ini akan mampu menekan banjir dan menyediakan air tanah pada musim kemarau sehingga sumur-sumur dan mata air yang ada dapat tetap berair pada saat kemarau.
STANDARISASI SUMUR RESAPAN
Pemerintah pada dasarnya teiah mewajibkan pembuatan sumur resapan di setiap pekarangan rumah. Akan tetapi, banyak dari masyarakat yang belum mengetahui standar sumur resapan air yang balk dan benar. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 03-2453-2002, dapat diketahui bahwa persyaratan umum yang harus dipenuhi sebuah sumur resapan untuk lahan pekarangan rumah adalah sebagai berikut.
  1. Sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam atau labil.
  2. Sumur resapan harus dijauhkan dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum 5 m diukur dari tepi), dan berjarak minimum 1 m dari fondasi bangunan.
  3. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau maksimal 2 m di bawah permukaan air tanah. Kedalaman muka air (water table) tanah minimum 1,5 m pada musim hujan.
  4. Struktur tanah harus mempunyai permeabilitas tanah (kemampuan tanah menyerap air) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm/jam (artinya, genagan air setinggi 2 cm akan teresap habis dalam 1 jam), dengan tiga klasifikasi, yaitu sebagai berikut.
    • Permeabilitas sedang, yaitu 2,0-3,6 cm/jam.
    • Permeabilitas tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm/jam.
    • Permeabilitas tanah cepat (pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm/jam.
Untuk bentuk dan ukuran konstruksi sumur resapan air yang ideal dapat mengacu pada SNI No. 03-2459-1991 yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil, yaitu berbentuk segi empat atau silinder dengan ukuran minimal diameter 0,8 m dan maksimum 1,4 m serta kedalamannya disesuaikan dengan tipe konstruksi sumur resapan air. Sementara itu, pemilihan bahan bangunan yang dipakai tergantung dari fungsinya, seperti plat beton bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil untuk penutup sumur dan dinding bata merah dengan campuran spesi 1 semen : 5 pasir tidak diplester, tebal 1/2 bata. <update>Aturan ini telah direvisi dengan SNI 03-2453-2002 (Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan).<update>
Jenis-jenis Sumur Resapan
Konversi lahan pertanian
Sumur dengan susunan batu kali (kiri). Sumur dengan susunan batu bata (kanan).
Jenis bangunan sumur resapan cenderung bervariasi. Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang dibuat segi empat atau silinder dengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukaan air tanah. Berikut ini merupakan berbagai jenis konstruksi sumur resapan yang sering dipakai.
  1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tidak diisi apa pun (kosong).
  2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk.
  3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau batako di dinding sumur. Dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong.
  4. Sumur menggunakan besi beton di dinding sumur.
  5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur).
Berbagai konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Pemilihannya dapat disesuaikan dengan kondisi batuan/tanah (formasi batuan dan struktur tanah). Selain itu, disesuaikan juga dengan kebutuhan dan anggaran dana yang dimiliki.
Selain berbagai jenis konstruksi di atas, saat ini juga telah ditemukan alternatifjenis sumur resapan yang relatif sederhana berupa lubang resapan biopori (LRB). Secara teknis, LRB merupakan lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm. Kedalamannya tidak melebihi kedalaman muka air tanah yaitu sekitar 100 cm. Pembuatan LRB yang relatif sederhana sangat cocok untuk kawasan pemukiman, balk di kota maupun di desa.
Prinsip kerja lubang resapan biopori (LRB) hampir sama dengan sumur resapan yaitu meresapkan air ke dalam tanah. Air tersebut meresap melalui biopori yang menembus permukaan dinding LRB ke dalam tanah di sekitar lubang. Biopori sendiri merupakan ruangan atau pori dalam tanah yang terbentuk akibat adanya aktivitas makhluk hidup seperti fauna tanah dan akar tanaman.
Jumlah dan ukuran biopori akan terus bertambah mengikuti pertumbuhan akar tanaman serta peningkatan populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan populasi dan mikroorganisme tanah maka LRB diisi dengan bahan organik seperti dedaunan kering dan sampah organik lainnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar