Kamis, 28 Februari 2013

Akuifer

Pengertian Air Tanah

Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yangterdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabungmembentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanahdisebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkanlapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempungatau geluh. Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. MenurutKrussman dan Ridder (1970) dalam Utaya (1990) bahwa macam-macam akifer sebagaiberikut:


Air tanah yang berasal dari infiltrasia.
  











  1. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)
    yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisioleh air dan berada di atas lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebutdengan water table (preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.b. 
  2. Akifer Tertekan (Confined Aquifer)
    yaitu aquifer yang seluruh jumlahnya air yangdibatasi oleh lapisan kedap air, baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyaitekanan jenuh lebih besar dari pada tekanan atmosfer.c. 
  3. Akifer Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)
    yaitu aquifer yang seluruhnya jenuhair, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan semi lolos air dibagian bawahnyamerupakan lapisan kedap air.d. 
  4. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)
    yaitu aquifer yang bagian bawahnyayang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengandemikian aquifer ini merupakan peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
 
 
Berikut adalah beberapa istilah yang digunakan dalam menamakan karakteristik suatuformasi batuan:
  1. Aquifer (Akuifer)
    adalah formasi geologi atau grup formasi yang mengandung air dan secara signifikan mampu mengalirkan air melalui kondisi alaminya. Batasanlain yang digunakan adalah reservior airtanah, lapisan pembawa air. Todd (1955)menyatakan bahwa akuifer berasal dari Bahasa Latin yaitu aqui dari aqua yangberarti air dan ferre yang berarti membawa, jadi akuifer adalah lapisan pembawaair.
  2. Aquiclude
    adalah formasi geologi yang mungkin mengandung air, tetapi dalamkondisi alami tidak mampu mengalirkannya, misalnya lapisan lempung. Untuk keperluan praktis, aquiclude dipandang sebagai lapisan kedap air.
  3. Aquitard
    adalah formasi geologi yang semikedap, mampu mengalirkan air tetapidengan laju yang sangat lambat jika dibandingkan dengan akuifer. Meskipundemikian dalam daerah yang sangat luas, mungkin mampu membawa sejumlahbesar air antara akuifer yang satu dengan lainnya. Aquiclude ini juga dikenaldengan nama formasi semi kedap atau leaky aquifer. 
  4. Aquifuge
    merupakan formasi kedap yang tidak mengandung dan tidak mampumengalirkan air.


DAFTAR ISI

Banten Rogoh Rp 10,2 Miliar Untuk Drainase

TEMPO.CO, Serang - Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten mengalokasikan anggaran sebesar Rp 10,2 miliar untuk pembangunan drainase. Anggaran tersebut akan dipergunakan untuk membangun saluran air di 47 titik ruas jalan di Banten.



Kepala Bidang Pembangunan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga, Muchtar Santoso, mengatakan pembangunan tersebut akan dilaksanakan pada Mei 2013 mendatang. Menurut dia, pembangunan drainase diharapkan dapat mendukung kualitas jalan, baik yang sedang maupun yang telah dibangun. Apalagi, banjir setiap tahun membayangi.

Muchtar mengatakan, 47 titik ruas jalan yang akan dibangun drainase tersebut, di antaranya di Kabupaten Lebak sebanyak empat ruas jalan dengan total anggaran Rp 800 juta, Kabupaten Pandeglang sebanyak 13 ruas jalan dengan total anggaran Rp 2,7 miliar, di Kabupaten/Kota Serang sebanyak 17 ruas jalan dengan anggaran Rp 4,1 miliar. Sedangkan di wilayah Tangerang terdapat 13 ruas jalan dengan alokasi anggaran Rp 2,6 miliar.

"Untuk di Kabupaten Lebak memang relatif sedikit karena memang ruas jalan yang menjadi kewenangan provinsi sedikit walaupun kondisi di lapangan wilayah selatan memang cukup parah," kata Muchtar, Rabu, 20 Februari 2013.

Ia menuturkan, kondisi drainase yang cukup parah sebenarnya terdapat pada jalur yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dan jalur nasional. "Saat ini memang banyak drainase yang ada di kabupaten/kota perlu penangan serius, tapi kami tidak bisa untuk mengerjakannya," katanya.

Sebelumnya, Dinas Bina Marga Banten menyatakan 257,96 kilometer atau 30 persen dari total jalan di Provinsi Banten yang sepanjang 852,89 kilometer rusak berat. Pemerintah provinsi hanya mampu memperbaiki kerusakan jalan itu sepanjang 42,64 kilometer pada tahun ini.

Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Banten, Arlan Marzan, mengatakan bahwa kerusakan jalan pada 2013 semakin meluas akibat banjir. Ia menuturkan ada 37 titik yang menyebar di Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Kabupaten Tangerang. "Dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki jalan pascabencana Rp 30 miliar. Kami akan mengajukan ke pemerintah pusat," katanya

WASI'UL ULUM


Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/02/20/206462530/Banten-Rogoh-Rp-102-Miliar-Untuk-Drainase

DAFTAR ISI

Erosi

Pengertian Erosi
Menurut istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme hidup. Angin yanng berhembus kencang terus-menerus dapat mengikis batuan di dinding-dinding lembah.

Air yang mengalir terus-menerus selama jutaan tahun dapat menggerus batuan di sekitar seperti yang terjadi pada Grand Canyon di Amerika. Demikian pula erosi akibat es yang disebut dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan yang terisi dengan air yang membeku.


Proses Terjadinya Erosi
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi adalah karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.
Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya adalah sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi.
Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
Jenis Jenis Erosi
Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya yaitu:
  1. Erosi Akibat Gaya Berat

    Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massa. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat memindahkan material ke tempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembuangan massa terjadi terus menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan bencana tanah longsor.
    Lereng pegunungan yang terjal dan mengandung tanah liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan sangat rentan terhadap erosi akibat gaya berat. Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan bencana longsor.

  2. Erosi oleh Angin

    Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut sehingga membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
    Efek lain dari angin adalah jika partikel keras yang terbawa dan bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi. Pada gambar dapat dilihat contoh erosi oleh angin yang menyebabkan terjadinya bukit pasir di Namibia, Afrika.

  3. Erosi oleh Air

    Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul. Pada gambar dapat dilihat bahwa akibat erosi air yang terjadi di El Paso County, Colorado, Amerika Serikat.

    Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang merupakan kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat mengikis tepi sungai dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sedimen, kedua air dapat mengikis sedimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan yang ketiga pertikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air juga dapat mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas sungai.
    Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut termasuk pasang surut laut merupakan faktor penyebab terjadinya erosi di pinggiran laut atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan yang dapat memindahkan batuan atau sedimen pantai.

  4. Erosi oleh Es

    Erosi ini terjadi akibat perpindahan partikel-partikel batuan karena aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih besar tenaganya dibandingkan dengan air. Misalnya glacier yang terjadi di daerah dingin dimana air masuk ke pori-pori batuan dan kemudian air membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena sifat es yang mengembang dalam pori-pori.
Dampak Erosi
Erosi mempunyai dampak yang kebanyakan merugikan, karena terjadi kerusakan lingkungan hidup. Menurut penelitian bahwa 15% permukaan bumi mengalami erosi. Kebanyakan disebabkan oleh erosi air kemudian oleh angin.
Jika erosi terjadi di tanah pertanian maka tanah tersebut berangsur-angsur akan menjadi tidak subur, karena lapisan tanah yang subur makin menipis, dan jika terjadi di pantai, maka bentuk garis pantai akan berubah.
Dampak lain dari erosi adalah sedimen dan polutan tanah pertanian yang terbawa air akan menumpuk di suatu tempat. hal ini bisa menyebabkan pendangkalan air waduk, kerusakan ekosistem di danau, pencemaran air minum.
Pencegahan Erosi
Erosi tidak dapat dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam. Pencegahan erosi merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan erosi antara lain :
  1. Pengolahan Tanah

    Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman yang teratur akan mengurangi tingkat erosi.

  2. Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi

    Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat mengurangi erosi air sungai.

  3. Penghutanan Kembali

    Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang sudah rusak di beberapa tempat.

  4. Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai

  5. Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang

    Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin.

  6. Pembuatan Teras Tanah

    Lereng Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya erosi.
Sumber : http://belajar.kemdiknas.go.id

DAFTAR ISI

Sabtu, 23 Februari 2013

Pengertian, Kegunaan dan Prinsip Kerja Sumur Resapan


Mengenal Sumur Resapan
Sumur resapan sangat berguna untuk memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi.
Sumur Resapan - Permasalahan lingkungan yang sering dijumpai di negara kita saat ini adalah terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Selain itu, di beberapa tempat terjadi pula penurunan permukaan air tanah. Hal ini disebabkan adanya penurunan kemampuan tanah untuk meresapkan air sebagai akibat adanya perubahan lingkungan yang merupakan dampak dari proses pembangunan.
 
 
Perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini merupakan salah satu dampak dari pemanasan global (global warming). Perubahan iklim yang ekstrim sering kali mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Hal tersebut turut diperparah pula oleh semakin rendahnya kemampuan tanah dalam meresapkan air sebagai akibat dari berkurangnya daerah resapan air di permukaan tanah. 
 

PENGERTIAN SUMUR RESAPAN

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan demikian, konstruksi dan kedalamannya berbeda. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah.
 

KEGUNAAN SUMUR RESAPAN

Penerapan sumur resapan sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa fungsi sumur resapan bagi kehidupan manusia adalah sebacial pengendali banjir, melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah, serta menekan laju erosi.
 
Sumur resapan dapat dikatakan sebagai suatu rekayasa teknik konservasi air, berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur galian dengan kedalaman tertentu. Fungsi utama dari sumur resapan ini adalah sebagai tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sementara itu, manfaat yang dapat diperoleh dari pembuatan sumur resapan air di antaranya adalah :
  1. mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi,
  2. mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah,
  3. mengurangi atau menahan terjadinya kenaikan air laut bagi daerah yang berdekatan dengan wilayah pantai,
  4. mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan
  5. mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah.
Penurunan muka air tanah yang banyak terjadi akhir-akhir ini dapat teratasi dengan bantuan sumur resapan.Tanda-tanda penurunan muka air tanah terlihat pada keringnya sumur dan mata air pada musim kemarau serta timbulnya banjir pada musim hujan. Perubahan lingkungan hidup sebagai akibat dari proses pembangunan, berupa pembukaan lahan, penebangan hutan, serta pembangunan pemukiman dan industri diduga menyebabkan terjadinya hal tersebut.
 
Menurut para ahli, penurunan muka air tanah di Kota Jakarta mencapai 0,5-12 cm/tahun, sedangkan kenaikan air laut sekitar 0,9 cm/tahun. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa Kota Jakarta akan tenggelam dalam waktu 50 tahun ke depan. Kondisi tersebut juga diperkirakan akan terjadi di kota-kota lainnya di Indonesia.
 
Kondisi demikian tidak menguntungkan bagi perkembangan perekonomian kita yang sedang giat-giatnya membangun. Oleh karena itu, perhatian dari semua pihak diperlukan dalam upaya pengendalian banjir serta perbaikan dan perlindungan (konservasi) air tanah.
 
Salah satu strategi atau cara pengendalian air, baik mengatasi banjir atau kekeringan adalah melalui sumur resapan. Sumur resapan ini merupakan upaya memperbesar resapan air hujan ke dalam tanah dan memperkecil aliran permukaan sebagai penyebab banjir.
 
Upaya ini akan berfungsi bila semua warga sadar dan mau menerapkannya. Peran sumur resapan tidak akan berarti bila hanya beberapa penduduk raja yang menerapkan. Dapat dibayangkan bila setiap penduduk suatu kawasan yang memiliki sejuta bangunan menerapkan sumur resapan. Masing-masing mampu meresapkan air satu kubik. Dengan demikian, sejuta kubik air akan masuk ke dalam tanah sehingga kawasan tersebut dapat terhindar dari bahaya banjir dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau.
  1. Pengendali banjir
Banjir sering kali menggenangi kawasan pemukiman ketika musim hujan tiba.Terjadinya banjir pada kawasan pemukiman dapat disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya:
  1. pengembangan rumah yang melewati batas garis sempadan bangunan (GSB),
  2. sistem drainase yang tidak terencana dengan baik, dan
  3. masih kurangnya kesadaran para penghuni kawasan permukiman terhadap pengelolaan sampah.
Pada dasarnya pengembangan rumah merupakan suatu kebutuhan dari setiap penghuni kawasan pemukiman sejalan dengan penambahan jumlah anggota keluarga atau untuk kebutuhan lain. Proses pengembangan rumah-rumah pada suatu kawasan pemukiman biasanya berkisar 5-15 tahun atau dapat lebih cepat, tergantung dari lokasi perumahan serta fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) yang dimiliki perumahan tersebut.
 
Pengembangan rumah atau penambahan jumlah ruangan terjadi hampir pada semua lokasi pemukiman. Rumah-rumah cenderung dikembangkan ke arah horisontal dengan pertimbangan biaya konstruksi akan lebih murah jika dibandingkan dengan pengembangan ke arah vertikal. Namun, hal tersebut justru sering mengakibatkan pengembangan rumah yang melewati batas garis sempadan bangunan (antara 3-4 m dari tepi jalan). Dengan demikian pada musim hujan, volume aliran air permukaan menjadi besar dan volume air yang meresap ke dalam tanah sangat sedikit sehingga mengakibatkan genangan banjir.
 
Banjir yang sering melanda beberapa kawasan perumahan telah berlangsung cukup lama, bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sumur resapan mampu memperkecil aliran permukaan sehingga dapat menghindari terjadinya genangan aliran permukaan secara berlebihan yang menyebabkan banjir.
Banyaknya aliran permukaan yang dapat dikurangi melalui sumur resapan tergantung pada volume dan jumlah sumur resapan. Misalnya, sebuah kawasan yang jumlah rumahnya 1.000 buah, jika masingmasing membuat sumur resapan dengan volume 2 kubik berarti dapat mengurangi aliran permukaan sebesar 2.000 kubik air.
 
Sementara itu, jika dibangun sebanyak 265 ribu sumur resapan (berukuran 1 m x 1 m dengan kedalaman 3 m) di Kota Jakarta maka fungsinya dapat disetarakan dengan Banjir Kanal Timur. Sumur resapan ini mampu mengalihkan air yang biasanya dikirim ke Jakarta melalui 13 sungai.
  1. Konservasi air tanah
Fungsi lain dari sumur resapan ini adalah memperbaiki kondisi air tanah atau mendangkalkan permukaan air sumur. Di sini diharapkan air hujan lebih banyak yang diresapkan ke dalam tanah menjadi air cadangan dalam tanah. Air yang tersimpan dalam tanah tersebut akan dapat dimanfaatkan melalui sumur-sumur atau mata air.
 
Peresapan air melalui sumur resapan ke dalam tanah sangat penting mengingat adanya perubahan tata guna tanah di permukaan bumi sebagai konsekuensi dari perkembangan penduduk dan perekonomian masyarakat. Dengan adanya perubahan tata guna tanah tersebut akan menurunkan kemampuan tanah untuk meresapkan air. Hal ini mengingat semakin banyaknya tanah yang tertutupi tembok, beton, aspal, dan bangunan lainnya yang tidak meresapkan air. Penurunan daya resap tanah terhadap air dapat juga terjadi karena hilangnya vegetasi penutup permukaan tanah.
 
Penutupan permukaan tanah oleh pemukiman dan fasilitas umum berdampak besar terhadap kondisi air tanah. Seandainya di kawasan pemukiman seluas 1.000 hektar dan tertutupi 3/4 bagiannya, berarti setiap kali turun hujan yang curah hujannya 1.000 mm akan ada 750.000 kubik air hujan yang tidak dapat meresap ke dalam tanah. Jumlah sekian akan berkumpul dengan aliran permukaan dari kawasan lain pada lahan yang rendah sehingga dapat mengakibatkan banjir.
 
Banjir yang sering melanda beberapa kawasan perumahan telah berlangsung cukup lama, bahkan telah dianggap sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur resapan air pada setiap rumah dalam suatu kawasan perumahan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sumur resapan mampu memperkecil aliran permukaan sehingga dapat menghindari terjadinya genangan aliran permukaan secara berlebihan yang menyebabkan banjir.
  1. Menekan laju erosi
Dengan adanya penurunan aliran permukaan maka laju erosi pun akan menurun. Bila aliran permukaan menurun, tanah-tanah yang tergerus dan terhanyut pun akan berkurang. Dampaknya, aliran permukaan air hujan kecil dan erosi pun akan kecil. Dengan demikian, adanya sumur resapan yang mampu menekan besarnya aliran permukaan berarti dapat menekan laju erosi.
 

PRINSIP KERJA SUMUR RESAPAN

Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan ke dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah.
 
Tujuan utama dari sumur resapan adalah memperbesar masuknya air ke dalam akuifer tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Dengan demikian, air akan lebih banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai aliran permukaan (run off). Pada Gambar 1 dan Gambar 2 dapat dilihat proses masuknya air ke dalam akuifer bebas dan tertekan.
akuiver bebas
Gambar 1.  Proses masuknya air ke dalam Akuiver Bebas.
akuiver tertekan
Gambar 2.  Proses masuknya air ke dalam Akuiver Tertekan.
Keterangan :
Q
=
Debit aliran
K
=
Koefisien permeabilitas tanah
rw
=
Jari-jari sumuran
ro
=
Jari-jari pengaruh aliran
ho
=
Tinggi muka air tanah
hw
=
Tinggi muka air setelah imbuhan
ln
=
Logaritma natural
Ï€
=
3,14
prinsip kerja sumur resapan
Gambar 3.  Prinsip kerja sumur resapan penampungan air hujan
Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti akan banyak tersimpan air tanah di bawah permukaan bumi. Air tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat dieksplorasi setiap saat.
 
Jumlah aliran permukaan akan menurun karena adanya sumur resapan. Pengaruh positifnya bahaya banjir dapat dihindari karena terkumpulnya air permukaan yang berlebihan di suatu tempat dapat dihindarkan. Menurunnya aliran permukaan ini juga akan menurunkan tingkat erosi tanah. 
 

DAFTAR ISI

Perencanaan Pembuatan Sumur Resapan


Mengenal Sumur Resapan
Sumur resapan yang dibuat harus memenuhi teknis yang baik agar daya kerjanya dapat dipertanggungjawabkan serta tidak menimbulkan dampak baru terhadap lingkungan.
Sumur Resapan - Sumur resapan yang dibuat harus memenuhi teknis yang baik agar daya kerjanya dapat dipertanggungjawabkan serta tidak menimbulkan dampak baru terhadap lingkungan. Model dan ukuran sumur resapan yang digunakan harus memperhatikan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Konstruksi harus terbuat dari bahan yang kuat, tetapi tersedia di lokasi dan mudah didapat. Dengan demikian, masyarakat akan mudah untuk menerapkannya.
 
Pembuatan sumur resapan harus disadari oleh masyarakat sebagai kebutuhan dan kewajiban demi kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemauan untuk membuat sumur resapan, harus ditempuh melalui pendekatan kebijaksanaan pemerintah. Kebijaksanaan tersebut dengan cara mengeluarkan peraturan atau undang-undang yang mengatur konservasi air tanah melalui sumur resapan.
 
Penerapannya dapat berupa aturan yang mewajibkan kepada setiap pemilik rumah atau bangunan lainnya untuk memiliki sumur resapan. Hal tersebut misalnya dapat diterapkan dalam pengurusan IMB. Izin mendirikan bangunan (IMB) akan diberikan dengan syarat ada sumur resapan.Terlebih lagi untuk proyek-proyek bangunan besar atau perumahan, setiap developer diwajibkan untuk membuat sumur resapan di kawasan pemukimannya secara kolektif. Dalam hal ini, pemerintah juga dapat menerapkan sanksi-sanksi administratif atau denda kepada developer yang tidak peduli akan kepentingan lingkungan dengan tidak melengkapi kawasannya dengan sumur resapan.
 
Seperti yang telah dijelaskan sebelumya, keefektifan dari sumur resapan sangat tergantung kepada volume dan jumlah sumur resapan. Oleh karena itu, banyaknya air yang dapat diserap ke dalam tanah tergantung pada banyaknya orang yang sadar dan mau membuat sumur resapan. Hal ini terkait dengan keadaan sosial budaya masyarakat, terutama pengetahuan masyarakat akan pentingnya kelestarian air tanah. Oleh karena itu, program pelestarian air melalui sumur resapan harus pula ditempuh melalui pendekatan sosial budaya masyarakat. Misalnya, dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan, khususnya penerapan sumur resapan, dengan penyuluhan-penyuluhan intensif melalui metode yang sesuai dengan kehidupan masyarakat tersebut.
 

Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan

Dalam rencana pembuatan sumur resapan, perlu diperhitungkan faktor iklim, kondisi air tanah, kondisi tanah, tata guna tanah, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
  1. Faktor iklim
Iklim merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan sumur resapan. Faktor yang perlu mendapat perhatian adalah besarnya curah hujan. Semakin besar curah hujan di suatu wilayah berarti semakin besar atau banyak sumur resapan yang diperlukan. Besarnya curah hujan dapat dibedakan menjadi tiga kelas, yaltu curah hujan rendah (<1.500 mm/tahun), curah hujan sedang (1.500-2500 mm/tahun), dan curah hujan tinggi (>2500 mm/tahun).
  1. Kondisi air tanah
Pada kondisi permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan perlu dibuat secara besar-besaran karena tanah benar-benar memerlukan suplai air melalui sumur resapan. Sebaliknya, pada lahan yang muka airnya dangkal, sumur resapan ini kurang efektif dan tidak akan berfungsi dengan baik. Terlebih pada daerah rawa dan pasang surut. Justru daerah tersebut lebih memerlukan saluran drainase.
 
Tabel 1 :
Jumlah Sumur Resapan Yang Harus Dibuat Berdasarkan Kondisi Permeabilitas dan Luas Bidang Tanah.
NoLuas Bidang Tanah
( m2 )
Jumlah Sumur (buah)
Permeabilitas
sedang
Permeabilitas
agak cepat
Permeabilitas
cepat
80 cm140 cm80 cm140 cm80 cm140 cm
1.201-----
2.301-1---
3.40211---
4.50211-1-
5.60211-1-
6.7031211-
7.8032211-
8.90322121
9.100422121
10.200834232
11.3001257352
12.4001569463
13.50019811574
  1. Kondisi tanah
Keadaan tanah sangat berpengaruh pada besar kecilnya daya resap tanah terhadap air hujan. Dengan demikian, konstruksi dari sumur resapan harus mempertimbangkan sifat fisik tanah. Sifat fisik yang langsung berpengaruh terhadap besarnya infiltrasi (resapan air) adalah tekstur dan pori-pori tanah.
 
Tanah berpasir dan porus lebih mampu merembeskan air hujan dengan cepat. Akibatnya, waktu yang diperlukan air hujan untuk tinggal dalam sumur resapan relatif singkat dibandingkan dengan tanah yang kandungan liatnya tinggi dan Iekat.Tabel 2 menyajikan hubungan antara beberapa tipe tekstur tanah dengan kecepatan infiltrasi.
 
Tabel 2 :
Hubungan Kecepatan Infitrasi dan Tekstur Tanah.
Tekstur TanahKeceptan Infiltrasi
( mm per jam )
Kriteria
Pasir Berlempung25 - 50sangat cepat
Lempung12,5 - 25cepat
Lempung berdebu7,5 - 15sedang
Lempung berliat0,5 - 2,5lambat
Liat< 0,5sangat lambat
Sumber : Sitanala Arsyad, 1976
  1. Tata guna tanah ( land use )
taman kota
Taman kota, Memiliki daya serap air yang sangat tinggi, mencapai 95%.
Tata guna tanah akan berpengaruh terhadap persentase air yang meresap ke dalam tanah dengan aliran permukaan. Pada tanah yang banyak tertutup beton bangunan, air hujan yang mengalir di permukaan tanah akan lebih besar dibandingkan dengan air yang meresap ke dalam tanah. 
 
Dengan demikian, di lahan yang penduduknya padat, sumur resapan harus dibuat Iebih banyak dan lebih besar volumenya. Hubungan antara tata guna tanah dengan daya resap tanah terhadap air hujan disajikan pada Tabel 3.
 
 
 
Tabel 3 :
PERBEDAAN DAYA RESAP TANAH PADA BERBAGAI KONDISI PERMUKAAN TANAH.
No.Tata Guna Tanah
( Land Use )
Daya Serap Tanah
Terhadap Air Hujan (%)
1.Daerah hutan, pekarangan lebat, kebun, ladang berumput80 - 100
2.Daerah taman kota75 - 95
3.Jalan tanah40 - 85
4.Jalan aspal, lantai beton10 - 15
5.Daerah dengan bangunan terpencar30 - 70
6.Daerah pemukiman agak padat5 - 30
7.Daerah pemukiman padat10 - 30
Sumber : Fajar Nadi, 1979
  1. Kondisi sosial ekonomi masyarakat
Perencanaan sumur resapan harus memperhatikan kondisi sosial perekonomian masyarakat. Misalnya, pada kondisi perekonomian yang balk, biaya untuk sumur resapan dapat dibebankan kepada masyarakat dan konstruksinya dapat dibuat dari bahan yang benar-benar kuat. Sebaliknya pada kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah, sumur resapan harus terbuat dari bahan-bahan yang murah dan mudah didapat serta konstruksinya sederhana. Selain itu, pendanaan sumur resapan pada daerah minim sebaiknya berupa bantuan dari pemerintah melalui proyek APBD atau APBN.
  1. Ketersedian bahan
Perencanaan konstruksi sumur resapan harus mempertimbangkan ketersediaan bahan-bahan yang ada di lokasi. Misalnya, untuk daerah perkotaan, sumur resapan dapat terbuat dari beton, tangki fiberglass, atau cetakan beton (hong). Sementara untuk daerah pedesaan, sumur resapan yang cocok dikembangkan yaitu dari bambu atau kayu yang tahan lapuk atau bahan lain yang murah dan mudah didapat di lokasi.
 

Bahan-bahan untuk Sumur Resapan

Sumur resapan dapat dibuat dari berbagai bahan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta ketersediaan bahan baku di lokasi dan ketersediaan dana yang memadai. Bahan-bahan pokok yang dapat dibuat untuk sumur resapan sebagai berikut.
  1. Bahan saluran air dapat menggunakan pipa besi, pipa paralon (PVC), bambu, hong dari tanah atau beton, dan parit-parit galian tanah yang diberi batu
  2. Dinding sumur dapat menggunakan tembok, drum bekas, hong beton, anyaman bambu, atau tangki fiberglass.
  3. Alas sumur dan sela bagian dinding tempat meresapnya air dapat menggunakan bahan kerikil atau ijuk.
sumber : http://civiliana.blogspot.com/

DAFTAR ISI

Sumur Resapan Individual untuk Daerah Pedesaan

Konversi lahan pertanian
Sumur Resapan dari Bambu, sebagai salah satu model Sumur Resapan Individu untuk daerah Pedesaan.
Sumur Resapan - Sumur resapan untuk daerah pedesaan biasanya dibuat lebih sederhana. Pembuatan sumur resapan harus memperhatikan kondisi lingkungan fisik dan sosial ekonomi masyarakat. Dengan demikian, perencanaan pembuatan sumur resapan untuk daerah pedesaan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan pedesaan.
 
Masyarakat pedesaan umumnya memiliki taraf ekonomi dan pendidikan yang rendah. Mayoritas penduduknya bergerak di bidang agraris atau pertanian. Oleh karena itu, sumur resapan untuk daerah pedesaan perlu dibuat sederhana. Bahan-bahan yang dipakai harus murah dan mudah didapat di lokasi sehingga mudah diterima dan diterapkan oleh masyarakat.
 
Desa yang memiliki banyak tanaman bambu dapat mengembangkan model sumur resapan dari bambu yang dianyam. Sementara itu, untuk daerah yang banyak batu-batuan dapat dibuat model sumur resapan dengan bahan kerikil atau batu besar yang dipecahkan.
 
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sumur resapan di pedesaan juga tergolong amat sederhana. Alat tersebut antara lain gergaji, golok, palu, ember, ayakan, pasir, kampak, cangkul, linggis, serta sekop.
Model sumur resapan di pedesaan dapat pula dipadukan dengan usaha pertanian. Melalui pola ini dapat dikembangkan konsep usaha tani konservasi yang berfungsi ganda dalam peningkatan hasil pertanian dan dalam rangka konservasi air.
 
Seperti halnya sumur resapan di daerah perkotaan, sumur resapan pedesaan pun ada yang berupa sumur resapan individu dan sumur resapan kolektif.
 

Sumur Resapan Pedesaan Individual

Beberapa model sumur resapan individu untuk daerah pedesaan antara lain adalah sumur resapan dari bambu dan sumur resapan dengan lubang kerikil serta lubang resapan biopori (LRB).
  1. Sumur Resapan dari Bambu
Konstruksi sumur resapan dari bambu
Gambar 1.  Konstruksi sumur resapan dari bambu.

 
Sumur resapan bambu merupakan sumur resapan yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu. Tata letak sumur resapan bambu secara umum sama dengan sumur resapan individu dari beton yang diterapkan untuk masyarakat perkotaan. Hal utama yang perlu diperhatikan adalah jaraknya dengan bangunan lain. Misalnya jarak minimal dengan sumur air minum adalah 10 m, dengan pohon 1,5 m, dengan rumah 3 m, dari jalan 1,5 m, dan jauh dari kali.
 
Konstruksi sumur resapan ini dibuat dari anyaman bambu berbentuk lingkaran dengan diameter 1 m dan tinggi 2 m. Saluran air dibuat dari parit-parit yang diarahkan ke sumur resapan dan dilengkapi dengan saringan sampah serta penyadap lumpur. Untuk keamanan, bagian anyaman ditinggikan 50 cm dari permukaan air tanah dan dilengkapi dengan penutup. Sumur resapan dari bambu ini membutuhkan bahan berupa, bambu tua berukuran besar (diameter 7-10 cm). Selain itu, juga dibutuhkan kerikil 1 m3 untuk sekeliling anyaman bambu.
 
Langkah-langkah pembuatan sumur resapan dari bambu adalah sebagai berikut.
  1. Buat saluran air hujan ke lokasi yang akan dibuat sumur resapan.
  1. Buat lubang galian berbentuk persegi dengan ukuran 1,2 m x 1,2 m dan kedalaman 2 m.
  1. Buat anyaman dari belahan bambu berbentuk lingkaran yang diameternya 1 m dengan tinggi 2,5 m.
    1. Belah bambu hingga ukuran 2-3 cm, kemudian dihaluskan dan dibuang matanya.
  1. Buat belahan untuk tiang anyaman yang tebalnya 4-5 cm dan panjang 2,5 m sebanyak 8 buah. Buat juga gambar Iingkaran yang berdiameter 1 m di tanah. Kemudian tancapkan 8 bambu tadi pada sisi gambar Iingkaran tersebut.
  1. Anyam bambu hingga mencapai ketinggian 1 m. Bila sudah tidak terjangkau tangan, anyaman bambu dapat diterlentangkan.
  1. Masukkan anyaman ke dalam lubang yang telah dialasi dengan kerikil atau ijuk 50 cm menonjol di permukaan.
  1. Masukkan kerikil atau ijuk di antara bambu dan tanah.
  1. Arahkan saluran ke lubang dan dibuat saringan serta penyadap lumpur dengan menggali lubang kecil. Selain itu, buat juga saluran air pelimpasan yang mengarah ke parit.
  1. Selanjutnya, buat anyaman bambu untuk penutup sumur resapan.
  1. Sumur Resapan dengan Lubang Kerikil
Untuk lokasi yang sulit mendapatkan bambu, tetapi banyak batu atau kerikil dapat dibuat sumur resapan dari kerikil. Kerikil yang digunakan dapat berukuran 2-20 mm. Alternatif lainnya adalah batuan yang besar dipecahkan menjadi ukuran kerikil. Jumlah kerikil yang dibutuhkan sekitar 2 m3.
 
Cara pembuatan sumur resapan ini seperti model sumur resapan bambu, hanya lubang yang telah dibuat kemudian diisi kerikil. Air dari atap diarahkan menuju sumur resapan tersebut. Cara ini lebih mudah dan sederhana, tetapi daya tampungnya sedikit dan ada kemungkinan tertutupi. Untuk memudahkan dalam pembuatan, di bawah ini diuraikan langkah-langkahnya.
 
  1. Buat lubang berbentuk persegi dengan panjang 2 m, lebar 1,2 m, serta tinggi 1 m. Kemudian buat guludan di sekeliling sumur.
  1. Masukkan kerikil ke dalam lubang hingga penuh. Bila bercampur dengan pasir halus maka kerikil diayak terlebih dahulu dan yang dipakai adalah bagian kasarnya. Sebaliknya, bila batunya berukuran besar, perlu dipecah terlebih dahulu agar berukuran kecil.
  1. Buat saluran aliran air hujan yang mengarah ke lubang dan saluran limpasannya. Selanjutnya, buat rorak atau lubang penyadap lumpur yang dilengkapi dengan saringan sampah pada saluran air hujan sebelum masuk lubang.
 
Gambar lengkap dari sumur resapan dengan menggunakan bahan kerikil seperti pada Gambar 2.
 
Model sumur resapan dengan lubang kerikil
Gambar 2.  Model sumur resapan dengan lubang kerikil.


 
  1. Lubang Resapan Biopori
Meskipun akhir-akhir ini lebih banyak berkembang di daerah perkotaan, lubang resapan biopori sebenarnya juga dapat dikembangkan sebagai alternatif sumur resapan individual untuk daerah pedesaan. Hal ini disebabkan oleh teknik pembuatannya yang sederhana sesuai dengan prinsip pembuatan sumur resapan untuk daerah pedesaan. Selain itu, pembuatan lubang resapan biopori tidak membutuhkan terlalu banyak bahan dan peralatan.
 
Kegiatan pertanian masih cenderung mendominasi daerah pedesaan. Oleh karena itu, limbah atau sisa hasil kegiatan pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik untuk mengisi lubang resapan biopori. Sementara itu, peralatan utama yang dibutuhkan dalam membuat LRB adalah bor tanah atau bor biopori. Untuk menghemat biaya, bor ini dapat dibeli dari iuran warga dan digunakan secara bergantian (misalnya, satu bor untuk satu RT atau RW).
 
Adapun teknik pembuatan LRB untuk daerah pedesaan sama dengan yang telah dijelaskan sebelumnya pada bab sumur resapan individual untuk daerah perkotaan.
 

DAFTAR ISI

Sumur Resapan Individual untuk Daerah Perkotaan


Sumur Resapan Individual Perkotaan
Selain dapat menekan terjadinya banjir, sumur resapan ini juga dapat berfungsi untuk menyediakan cadangan air tanah pada musim kemarau.
Sumur Resapan - Daerah perkotaan merupakan daerah yang berpenduduk padat. Lahan yang tertutupi bangunan lebih banyak dibandingkan dengan lahan terbuka. Di samping itu, kebutuhan air tanah untuk keperluan rumah tangga cukup tinggi. Sejalan dengan berkembangnya pemukiman penduduk, peresapan air hujan semakin lama semakin sedikit. Sementara itu, air yang ditarik ke atas permukaan melalui sumur-sumur atau pompa semakin banyak. Wajar saja bila di kota-kota besar seperti Jakarta cenderung terjadi penurunan muka air tanah sehingga air sulit didapat.

Sumur Resapan Perkotaan Individual

Sumur resapan individual adalah sumur resapan yang dibuat secara pribadi untuk masing-masing rumah. Biaya pembuatan dan pemeliharaan diserahkan kepada pemiliknya.
Tabel 1 :
JARAK MINIMAL SUMUR RESAPAN DENGAN BANGUNAN LAINNYA.
Kondisi yang AdaJarak Minimal
dengan Sumur Resapan (m)
Bangunan3,0
Batas pemilikan1,5
Sumur air minum10,5
Aliran air (sungai)30,0
Pipa air minum3,0
Jalan1,5
Pohon besar3,0
  Sumber : Diolah dari Cotteral dan Norris dalam Kalbermatten et. aL, 1969
Letak sumur resapan harus memperhatikan keadaan lingkungan setempat. Dengan demikian, sumur resapan akan berfungsi dengan baik tanpa menimbulkan dampak baru bagi kepentingan lainnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah jarak dengan bangunan lain seperti septic tank, sumur air minum, jalan, rumah, dan jalan umum. Jarak minimal sumur resapan dengan bangunan lain disajikan pada Tabel 1. Sementara itu, salah satu contoh tata letak sumur resapan individual di perkotaan dapat dilihat pada Gambar 1.
Tata letak sumur resapan individual
Gambar 1.  Tata letak sumur resapan individual.
Volume sumur resapan harus memperhatikan curah hujan, luas lahan rumah, dan kondisi tanah. Pada lahan yang tertutupi banyak bangunan, volume sumur resapan dibuat lebih besar dibandingkan lahan yang terbuka luas. Jenis tanah yang berbeda juga akan mempengaruhi daya resap air sehingga perlu diperhitungkan dalam perencanaan sumur resapan. Pada tanah berpasir, air akan lebih cepat meresap dibandingkan dengan pada tanah liat. Pada tanah liat, waktu tinggal air di dalam sumur resapan lebih lama sehingga volumenya harus lebih besar dibandingkan dengan tanah berpasir. Volume yang umum untuk perumahan yang memiliki luas lahan sekitar 100 m2 dapat membuat sumur resapan yang ukurannya 1 m x 1m x 2 m. Untuk lahan dengan permukaan air dalam, tinggi sumur resapan 2 m, lebar 1 m, dan panjang 1 m. Untuk tanah yang memiliki muka air dangkal, tingginya 1 m, lebar 1 m, dan panjangnya 2 m. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar 2.
Ukuran sumur resapan individual daerah perkotaan
Gambar 2.  Ukuran sumur resapan individual daerah perkotaan.
Pilihan jenis bahan sumur resapan individual yang dapat digunakan untuk daerah perkotaan amatlah banyak. Dinding dapat dibuat dari tembok, hong, atau fiberglass. Saluran air dapat dibuat dari pipa PVC atau pipa besi 6 inci. Bahan peresapan dapat menggunakan tumpukan kerikil (setebal 2-20 mm) atau dari ijuk. Selain itu, lubang resapan biopori (LRB) juga bisa menjadi alternatif sumur resapan individual untuk daerah perkotaan.
  1. Sumur Resapan dari Tembok
  1. Bahan-bahan
  2. 1).Bata merah:320 buah (batu 2 kubik, atau batako besar 70 buah)
    2).Pasir beton:2 kubik
    3).Semen:5 sak
    4).Kerikil:1/2 kubik atau ijuk 2 karung besar
    5).Paralon 6 inci:2 buah
    6).Besi beton:15 m
    7).Kaso:2 batang
  3. Cara pembuatan sumur resapan
    1. Tentukan lokasi yang memenuhi syarat yaitu jaraknya tepat dengan bangunan Iainnya seperti Gambar 1. Selanjutnya, buat lubang galian berukuran 1,5 m x 1,5 m x 2 m.
    1. Masukkan batu kerikil atau ijuk ke dasar sumur sampai ketebalannya 10-20 cm.
    1. Buat pasangan bata yang terletak di tengah atau berjarak 25 cm dari dinding tanah. Kemudian, pasangan bata ditumpangkan pada lapisan kerikil di dasar sumur agar air bisa masuk ke samping. Bila menggunakan ijuk, pasangan menempel pada dasar tanah dengan dibuat lubang-lubang di dasarnya. Pasangan dibuat sampai ketinggian 30 cm dari permukaan tanah.
    1. Tembok yang sudah jadi, selanjutnya diplester dengan semen pada bagian dalamnya. Setelah itu, masukkan kerikil atau ijuk ke sela dinding tanah hingga hampir penuh. Selanjutnya, bagian atasnya ditutup adukan hingga padat.
    1. Saluran air dari talang diarahkan ke sumur resapan dengan pipa yang dilengkapi oleh saringan sampah dan penyadap lumpur pada salah satu ujungnya. Saringan sampah dibuat dari potongan besi beton yang dipotongpotong sepanjang 30 cm, lalu ditancapkan ke ujung pipa pemasukan pada penyadap lumpur. Bagian pipa yang menempel pada sumur resapan diberi adukan semen agar kokoh. Posisi pipa saluran dibuat agak miring ke dalam sumur resapan.
    1. Buat saluran limpasan dengan pipa dari sumur resapan ke saluran pembuangan air atau parit. Beri adukan hingga kuat. Pipa dibuat agak miring ke luar.
    1. Buat bagian penutupnya dengan menggunakan cetakan beton. Caranya adalah sebagai berikut.
      1. Mula-mula buat cetakan tutup dari kayu, panjang dan lebarnya 1,2 m dengan tinggi 5-7 cm.
    1. Buatkan kerangka beton dari besi dan kawat yang dilengkapi tarikan untuk membuka dan menutup sumur, ukuran kerangkanya sedikit lebih kecil dari ukuran cetakan.
    1. Hamparkan kertas semen atau koran pada tanah yang rata, lalu letakkan cetakan dan masukkan kerangka beton ke dalamnya. Buat adukan beton dengan campuran 1 sak semen, 2 sak pasir, dan 1 sak kerikil. Selanjutnya adukan beton tersebut dimasukkan cetakan dan diratakan bagian atasnya. Biarkan hingga kering. Setelah kering, baru diangkat dan ditutupkan ke sumur yang telah jadi.
    1. Sumur resapan sudah siap.
      Bila terletak di taman, sumur resapan bisa dikelilingi atau tanaman. Dengan demikian, keindahan taman tidak akan terganggu.
Konstruksi sumur resapan invidual
Gambar 3.  Konstruksi sumur resapan invidual.
  1. Sumur Resapan dari Hong
  1. Bahan-bahan yang diperlukan
  2. Dinding sumur resapan secara individual dapat dibuat dengan menggunakan 2 buah hong (saluran air besar) yang berdiameter 1 m. Bahan lain yang digunakan adalah sebagai berikut.
    1).Semen:2 sak
    2).Pasir:1/2 kubik
    3).Paralon 6 inci:2 buah
    4).Besi rangka beton:15 m
    5).Kawat beton:secukupnya
  3. Cara pembuatan
    1. Siapkan 2 buah hong yang berdiameter 1 m beserta bahan dan peralatan lainnya. Buatlah lubang pada salah satu hong sebesar 15-16 cm sebagai tempat pemasukan dan limpasan jarak dari atas setinggi
      20 cm.
    1. Galilah lubang ukuran 1,2 m x 1,2 m dengan kedalaman 2 m. Masukkan kerikil atau ijuk (untuk alas dasarnya setinggi 20 cm) ke dalam lubang tersebut.
    1. Masukkan hong yang tidak dilubangi pada galian tersebut kemudian masukkan lagi hong yang satunya. Setelah itu, isi sela antara hong dan dinding galian tanah dengan ijuk atau kerikil hingga penuh.
    1. Pasang pipa untuk pemasukan dan pelimpasan air, lalu beri adukan pada sambungan hong dan pipa. Pemasangan pipa dilakukan dengan cara menggali tanah sedalam 20 cm lalu ditimbun. Saluran pemasukan mengarah ke talang air rumah, sedangkan saluran limpasan mengarah ke parit pembuangan. Kemudian buat tutup sumur seperti pada sumur resapan tembok.
Konstruksi sumur resapan dari hong
Gambar 4.  Konstruksi sumur resapan dari hong.
  1. Sumur Resapan dari Fiberglass
Bahan lain yang dapat dibuat sebagai bahan untuk membuat sumur resapan adalah tangki fiberglass. Volume tangki fiberglass yang dapat dipakai sebagai sumur resapan adalah 2.000 I. Cara pembuatan sumur resapan dengan tangki ini lebih praktis dan tidak perlu lagi membuat tutup karena tangki yang beredar di pasaran sudah ada tutupnya.
  1. Lubang Resapan Biopori
Teknik pembuatannya yang sederhana, membuat Lubang Resapan Biopori (LRB) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sumur resapan yang dibuat secara individual. Walaupun diameternya cukup kecil bila dibandingkan dengan jenis sumur resapan lainnya, tetapi lokasi lubang tidak boleh dibuat di sembarang tempat. Selain harus indah dilihat, LRB pun harus ditempatkan di lokasi yang dilalui air serta tidak membahayakan bagi manusia dan hewan peliharaan. Beberapa lokasi yang dapat dipilih yaitu di sekeliling pohon, dan tepi taman.
Pada umumnya, bahan yang perlu disiapkan untuk membuat lubang resapan biopori hanya berupa sampah organik (daun/ranting kering) dan air saja. Sementara itu, beberapa peralatan yang digunakan untuk membuat lubang resapan biopori yaitu bor tanah (bor biopori), pisau/sendok semen, ember, gayung.
Adapun cara pembuatan lubang resapan biopori adalah sebagai berikut.
  1. Siapkan seluruh bahan dan peralatan yang diperlukan serta tentukan lokasi pembuatan LRB. Kemudian sebelum memulai pemboran, siram tanah terlebih dahulu dengan air agar menjadi lunak.
  2. Selanjutnya mulailah membuat lubang dengan menggunakan bor.
  3. Setelah bor masuk sedalam 20 cm atau setelah mata bor terlihat penuh dengan tanah, tarik bor keluar dan bersihkan dengan menggunakan pisau, sepotong kayu/bambu atau sendok semen. Begitu seterusnya sampai kedalaman yang diinginkan, yaitu 100 cm.
  4. Setelah lubang resapan biopori siap, masukkan sampah organik ke dalam lubang sampai penuh. Pengisian sampah jangan terlalu padat agar tidak mengurangi jumlah oksigen di dalam tanah.
Lubang resapan biopori dapat diperkuat dengan memberikan adukan semen pada bagian mulut lubang. Kemudian untuk memperindah LRB, dapat juga ditambahkan hiasan pada permukaan adukan semen, bisa berupa batu hias, batu alam, atau pecahan keramik. Sementara itu, LRB dapat ditutup dengan besi beton atau alat penutup lainnya agar tidak membahayakan bagi yang lalu lalang. Alat penutup yang digunakan harus bisa dilalui air dan cukup kuat menahan beban jika terinjak.

DAFTAR ISI